Jika Anda pernah mengikuti serial ini, Anda pasti tahu bahwa serial ini merupakan perpaduan liar antara komedi absurd, aksi supernatural, dan kekacauan murni. Tapi episode ini? Ini mencapai tingkat yang sangat berbeda.
Mari kita mulai dengan beberapa konteks bagi yang belum tahu. Dandadan, diadaptasi dari manga Yukinobu Tatsu (berseri di Shonen Jump+ sejak April 2021), telah menjadi judul yang menonjol sejak debutnya. Adaptasi anime yang dibuat oleh Studio Science Saru dengan mudah menjadi salah satu acara yang paling ditunggu-tunggu pada Musim Gugur 2024.
Sampai saat ini, acara ini sangat mengandalkan humor aneh dan energi hingar bingar, yang, meskipun menghibur, belum pernah terjadi sebelumnya. menarik secara universal. Tapi episode 7? Di situlah acara tersebut memutuskan untuk melenturkan otot-otot penceritaan emosionalnya—dan itu benar-benar berhasil.
Episode 7: Kisah Aira
Episode ini berfokus pada Acrobatic Silky, sebuah yokai yang latar belakang tragisnya berhasil menutupi absurditas komedi yang terkenal dalam acara tersebut. Dalam kehidupannya, Silky adalah seorang penari yang, meski mengalami kesulitan, menemukan kebahagiaan dalam diri putrinya.
Namun hidupnya berubah menjadi tragedi ketika rentenir menjual anaknya dan memukulinya hingga mati. Setelah kematiannya, ia menjadi seorang yokai, didorong oleh kesedihan yang belum terselesaikan dan kerinduan yang tidak terpenuhi untuk melindungi putrinya.
Masuklah Aira, salah satu karakter utama acara tersebut, yang secara keliru mengaitkan Silky dengan mendiang ibunya sendiri saat masih kecil. Hubungan ini menciptakan ikatan emosional di antara mereka, dan Silky mulai “menghantui” Aira—bukan dengan niat jahat, namun karena keinginan putus asa untuk berada di dekat seseorang yang mirip dengan anaknya yang hilang.
Latar belakang Aira juga semakin jelas. dalam episode ini, memberi kita wawasan tentang sikapnya yang tidak terikat secara emosional. Absennya sosok keibuan jelas membentuk kepribadiannya, menambah lapisan pada karakternya.
Klimaks episode ini terjadi ketika Aira yang memperoleh kemampuan spiritual melalui “bola emas” Ken (jangan tanya, Logika Dandadan apa adanya), berada dalam bahaya mematikan.
Silky mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Aira, akhirnya menemukan kedamaian dalam prosesnya. Episode ini diakhiri dengan Aira sambil menangis memanggil Silky dengan sebutan “ibu”, yang bisa dibilang merupakan momen paling emosional dalam serial ini hingga saat ini.
Mengapa Penggemar (Termasuk Saya) Menyebutnya sebagai Episode Terbaik
Kedalaman emosional episode ini tidak tertandingi oleh apa pun yang Dandadan sampaikan selama ini. Meskipun serial ini biasanya kacau dan lucu, episode 7 membuktikan bahwa serial ini juga dapat menangani penceritaan yang serius.
Tulisannya menonjolkan sisi kemanusiaan dalam diri seorang yokai—makhluk yang sering kali direduksi menjadi kiasan komedi atau menakutkan dalam cerita serupa.
Dan bukan hanya penggemar manga yang berpikiran demikian. Lihat peringkat IMDb—episode 7 memiliki skor yang jauh lebih tinggi daripada episode sebelumnya, dan tidak sulit untuk mengetahui alasannya. Imbalan emosional seperti ini bergema secara universal.
Yang lucunya, episode ini juga menimbulkan pertanyaan seputar genre Dandadan. Apakah ini komedi aksi supernatural? Sebuah cerita horor? Drama yang digerakkan oleh karakter? Itu semua dan tidak ada satupun yang sekaligus. Sifat serial ini yang menentang genre adalah salah satu hal yang membuatnya begitu unik, namun juga membuatnya lebih sulit untuk dikategorikan.
Bagi mereka yang membatalkan anime ini lebih awal karena tidak menyukai nadanya yang kacau: episode ini adalah sinyalmu untuk kembali. Ini membuktikan bahwa Dandadan tidak sekadar aneh demi menjadi aneh—tetapi mampu menghadirkan momen nyata dan menyentuh hati yang mengangkat keseluruhan seri.